PENGGUNAAN TANDA MENGGUNAKAN LIMA KODE ROLAND BARTHES





PENGGUNAAN TANDA MENGGUNAKAN LIMA KODE
ROLAND BARTHES











RAHMAT ADIANTO
N1D116034

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018

Penggunaan Tanda Menggunakan Lima Kode Roland barthes

Semiotika adalah kajian ilmu mengenai tanda berkerja dalam kehidupan manusia serta makna yang hadir melalui interpretasi mengenai tanda tersebut.  Beberapa pendapat mengenai kelahiran semiotika dari segi bahasa. Semiotika berasal dari bahasa Yunani yang kemudian dijabarkan bahwa kata seme mengandung arti  penafsiran tanda, selain itu semiotika juga berasal dari kata semeion yang mimiliki membedakan arti dari kata seme,  semion diartikan dengan kata tanda. Pada dasarnya setiap teori dilahirkan oleh orang-orang intelktual dan bijak bepikir. Kemudian teori-teori itu diuji kebenarannya utnuk kelayakan penggunaannya. Ferdinand De Saussure, salah satu ahli terkemuka yang dalam mengulas semiotika.

Tahun 1857 Saussure dilahirkan. Saussure bertekad belajar tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda. Istilah semiologi salah satu teori yang dilirilis oleh Sausssure dalam kajian semiotikanya, mengusung pendekatan bahasa sebagai sarana utama dalam studinya. Latar belakang Saussure menggunakan bahasa sebagai saran utama mengkaji tanda karena ia telah berkecimpung dalam dunia bahasa dan sastra sebagai bidang kesukaannya. usia 15 tahun Saussure mulai menulis sebuah esai yang berjudul essai sur les langue. Di Leipzig dan Berlin Saussure meneguhkan pendiriannya untuk mempelajari dan mendalam bahasa, mempelajari berbagai salah satunya, bahasa Sansekerta.

            Saussure mengemukakan  Semiologi sebagai kajian tentang tanda dalam kehidupan sosial manusia, mencakup berbagai kehidupan, serta hukum yang mengatur terbentuknya tanda. Hal ini menunjukkan bahwa tanda dan makna dibalik tanda terbentuk dalam kehidupan sosial dan terpengaruhi oleh sistem (atau hukum) yang berlaku.

            Sausure mengembangkan empat konsep yang mengulas aspek oenggunaan tanda. Signifiant sebagai konsep pertama  dan sebagai dukung  signifie berfungsi sebagai komponen pembentuk tanda yang peranannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Signifiant yang kemudian disebut signifier, signifier merujuk pada hal-hal yang tertangkap oleh pikiran manusia yang berupa citra bunyi, gambaran visual, dan lain sebagainya. Maka signifie atau signified, sebagai makna atau kesan yang lahir dari pikiran manusia terhadap apa yang diperoleh melalui panca indra.

Saussure memanfaatkan bahasa sebagai konsep kedua yang tidak dapat terpisahkan dari konsep pertama. Konsep bahasa dikembangkan Saussure hingga pada tahap pembagian, langue dan parole. Langue mengulas banyak tenta sistem bahasa dan sistem abstrak yang digunakan secara kolektif seolah dikonvensikan para pengguna bahasa,di sisi lain langue menjadi panduan dalam praktik berbahasa dalam suatu masyarakat.  parole ditetapkan sebagai praktik berbahasa dan bentuk ujaran individu dalam masyarakat pada segala waktu. Langue direalisasikan dan diterapkan oleh individu dalam masyarakat sebagai wujud ucapan bahasa ini kemudian disebut sebagai parole. Parole satu individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda-beda karena realisasi dan penerapannya bisa beragam satu sama lain.
            Synchronic dan diachronic konsep sebgai konsep ketiga yang dikembangkan. Synchronic sebagai usaha mengkaji mempelajari bahasa dalam satu kurun waktu tertentu. Diachronic mempelajari bahasa secara terus menerus atau sepanjang masa selama bahasa tersebut masih digunakan. Synchronic disebut sebagai studi linguistik deskriptif karena mengkaji hal yang bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa yang digunakan pada suatu masa tertentu. Diachronic lebih pada studi historis dan komparatif dengan bertujuan untuk mengetahui sejarah, perubahan, dan perkembangan struktural suatu bahasa pada masa yang tak terbatas.
Dalam konsep terakhir Saussure membahasa hubungan antar unsur yang dibagi menjadi syntagmatic dan paradigmatic. Syntagmatic mengulas tentang hubungan antar unsur dalam konsep linguistik yang bersifat teratur. Sedangkan, paradigmatic mengulas hubungan antar unsur dari tuturan tidak terdapat dalam tuturan lain. Yang tampak dalam bahasa, namun tidak muncul dalam susunan kalimat. Konsep keempat ini dapat terlihat pada susunan bahasa suatu kalimat yang digunakan sehari-hari. Jika suatu kalimat memiliki hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan makna dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata. Paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan satu kalimat dengan kalimat lain. Yang secara sepintas makna tidak dapat ditemukan dari satu kalimat, namun makna akan ditemukan dengan bantuan kalimat lain.
Sebagai salah seorang pemikir strukturalis Roland Barthes, mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Baginya bahasa sebaga sistem tanda yang mencerminkan esensi kehidupan masyarakat.  John Lechte memberi penilaian pada Barthes dari judul buku Sarrasine yang hasil kerangka pemikirannya. Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisit kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis. Menurut Barthes, Sarrasine terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan retorika tentang tanda mode. Dalam Sarrasine Barthes membagi lima kode yang berperan penting untuk terhadap pengkajian tanda dalam kehidupan.
Manuisa akan berbicara tentang keindahaan Lippo dari berbagai segi, misalkan dari segi perjamuan berbagai model pakaian model-model baru. Keindahan aksesoris-aksesoris yang menghias mata dan berubah menjadi keinginan yang memikat selera. Manuisa akan terpesona dengan hal-hal yang mereka akan temui dalam ruang luas dan bertingkat-tingakat. Bagai orang yang baru masuk dalam Lippo akan dikangetkan dengan kekagumana yang dasyat. Betaba mereka sedang berada disebuah syurga saat di sambut dengan kesejukan AC, kecangihan Lift yang mengantarkan orang ke tinggkat-tingkat tanpa harus menggunakan tenaga melalui langkah kaki, pada dasarnya mereka akan serba kagum selama berada dalam Lippo.

Umumnya manuisa ke Lippo hanya akan menikmati menikmati kehidupan, menghabiskan uang saku dengan barang-barang mewah. mereka akan berbicara tentang semua yang dipikirkan oleh orang secara umum. Namun banyak hal yang tidak pernah terlintas dalam benak manuisa ketika berpergian. Salah satunya adalah tanda. Secara tidak sadar, tanda mengatur kehidupan manusia. Manusia tidak dapat dipisahkan dari tanda. Tanda mempengaruhi dunia manusia dari berbagai konsep kehidupan, baik disadari manusia maupun di bawah alam bawah sadar manusia.

Tanda yang mepengaruhi kesadaran manusia berupa tanda yang dibuat oleh manusia untuk menujunkan berbagai ungkapan yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Jika ditinjau dari dua aspek yang kemudian dikaitkan dengan kesadaran manusia tanda melibatkan dua pihak, yaitu pihak pemasang tanda yang bermaksud menyampaikan maksud secara langsung ataupun tidak langsung melalui tanda. Secara langsung tanda dapat disebut sebagai penyampaian tersirat , artinya disampaikan melalui ucapan, gestur, maupun ekspresi mimik wajah. Dan secara tidak langsung dapat kita sebut sebagai penyampaian tersurat, artinya tanda disampaikan melalui tulisan, simbol, maupun iklan. Pada dasarnya tanda dapat digambarkan dengan cara visual.

Tanda ditinjau dari segi alam bawah sadar manuisa, tanda bekerja diluar kendali manusia. manusia akan menerima tanda kemudian diinterpretasikan bebarapa jam setelah menerima maupun dalam jangka waktu yang lama. Misalnya mimpim terjadi dalam alam bawa sadar seseorang kemudian tidak menutup kemungkinan akan dilupakan oleh manusia. Namun ada pula beberapa manusia setelah bermimpi mereka akan menginterpretasikan mimpinya beberapa waktu setelah mengalami mimpi.
            Dalam menganalisis tanda, teori Barthes memberi kemudahan terhadap penafsiran. Menggunakan lima kode pembacaan tanda, Barthes memaparkan teori yang mudah dipahami. Pada pembahasan kali ini, teori Barthes akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasi tanda-tanda yang ditemukan dalam lingkungan Lippo Plaza Kendari.
Berikut analisis pengunaan tanda menggunakan lima kode dari Barthes.
1.      Kode hermeneutik atau kode teka-teki.

Dalam gambar ada berbagai macam gambar dengan objek dan warna yang berbeda. Menimbulkan berbagai interpretasi yang dapat memancing pertanyaan. Mari pusatkan pandang pada warna-warni bunga hias. Letak, posisi, bentuk, dan warna dapat menghadirkan teka-teki. Teka-teki tersebut melahirkan berbagai macam interptetasi. Milsanya peletakan bungan hias dalam gambar dimaksudkan untuk apa saja. Kemudian maksud posisi peletakan yang rapi. Mengapa memilih bentuk bungan seperti dalam gambar sementara ada banyak bentuk dan ukuran bunga hias yang lebih menarik. Dari segi warna, apa yang respek yang diberikan warna kepada para pengunjung.

2.      Kode semik (makna konotatif).



Pada gambar di atas, mengandung berbagai tanda. Misalnya pada berapa gambar, teks, angka, dan pakai-pakaian yang tertata rapi. Membahas konotatif dapat memberi berbagai interpretasi. Misalnya pada angkat 99.999. Tidak sedikit orang yang akan menerjemahkan pemasangan angka tersebut. Mengapa sebelum angka tidak dituliskan lambang uang Indonesia. Dengan demikian masih ada pertanyaan yang akan lahir dari objek, pertenyaan tersubut melahirkan berbagai makna dengan interpretasi berbeda pula.

3.      Kode Simbolik


Dari gambar di atas kita fokus pada tanda yang berupa tulisan “Buccheri”. Buccheri adalah perusahaan ritel yang menyediakan sepatu berkualitas untuk pria dan wanita sejak tahun 1980. Dari definisi yang telah dipaparkan, seharusnya dalam ruangan pada gambar hanya berisi sepatu. Kaerna pada definisi hanya menjelasakan bahwa Buccheri hanya perusahaan yang menyediakan prodak yang berbentuk sepatu. Tatapi dalam ruangan terdapat beberapa jenis tas. Jika dikaitkan dengan fiksi, maka ruangan tersebut kenyataan yang bercampur dengan ditambakan dengan fiksi. Kesimpulan tersebut diperoleh bahwa ruangan tidak sesuai dengan definisi Buccheri sebenarnya.

4.      Kode Proaretik

Dari gambar di atas ada angka 50, angka 50 sebagai tanda diskon. secara tidak langsung dikson 50 meberikan respek pada pada setiap orang untuk menggunakan logikannya. Logika yang membawa orang berpikir dengan beberapa pertimbangan tahadap material. Setelah melakukan pertimbangan, logika akan mengarahkan setiap orang untuk melakukan tindakan. Ada dua kemungkinan antara mengabaikan dikson 50 itu, atau justru mengambil beberapa barang yang sesuai dengan seleranya.

5.      Kode Gnomik atau Kode Kultural

Dalam gambar, mengandung tanda yang berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan atau Kultural sebagai kambaran kebiasaan manuisa. Baik kebudayaan yang timbul dari suku, daerah, agama, dan berbagai aspek lain. Namun tanda yang ada dalam gambar di atas adalah kebudayaan yang berasal dari agama. Pohon natal bentuk kebudayaan agama kristiani. Setiap menjelang natal di tempat tertentu akan menampakan berbagai hal yang berkaitan dengan kebudayaan kristiani. Pohon natal sebagai kebudayaan yang tampak .

Komentar

Postingan Populer