Ringkasan Ekofeminisme
Ekofeminisme
Rahmat Adianto
N1D116034
Seperti
feminisme multikultural dan global, feminisme berusaha untuk menunjukkan
hubungan antara semua bentuk operasi manusia, tetapi juga memfokuskan pada
usaha manusia untuk dominasi dunia bukan manusia, atau alam. Karena perempuan
secara kultural dikaitkan dengan alam, ekofeminis berpendapat ada hubungan
konseptual, simbolik, dan linguistik antara feminis dan isu ekologi.
Menurut
Warren, modus berpikir patriarki yang hirarkis, dualistik, dan opresif telah
merusak perempuan dan gelas karena perempuan telah "dinaturalisasi"
(natural = alami[ah]) dan alam telah "difeminisasi", maka sangatlah
sulit untuk mengetahui kapan operasi yang satu berakhir dan yang lain mulai. Werren menekankan bahwa perempuan
"dinaturalisasi" ketika mereka digambarkan melalui acuan terhadap
binatang, sapi, serigala, ayam, ular, anjing betina, berang-berang, kelelawar,
kucing, otak burung, otak kuda. Demikian pula alam "difeminisasi"
ketika "ia" diperkosa, dikuasai, ditaklukkan, dikendalikan, dipenetrasi,
dikalahkan, dan di tambang oleh laki-laki, manusia atau bahkan disembah sebagai
"ibu" yang paling mulia dari segala ibu.
Environmentalis
yang berorientasi manusia menekankan bahwa kita akan membahayakan diri kita
sendiri jika kita membahayakan lingkungan. Jika kita menerobos sumber daya alam
kita atau mencemarkan udara dan air, yang akan menderita bukan hanya kita
sendiri, melainkan juga keturunan.
Menganggap
diri sebagai "realistis" atau "pragmatis" mengenai isu
lingkungan, environmental yang berorientasi manusia mengakui bahwa dari waktu
ke waktu kita akan harus mengorbankan lingkungan untuk memenuhi kepentingan
kita.
Filsafat
Rene Descartes, yang mendahulukan pikiran/nalar atas materi, menurut para
pengkritik environmentalisme yang berpusat pada manusia, berhubungan lebih jauh
mendorong konsepsi mekanistik atas alam. Kayak India gratis bahwa kemampuan
kita untuk berpikir ("saya berpikir maka saya ada") membuat kita
menjadi "istimewa" yang kemudian mendorong kepada pandangan bahwa
benda yang berpikir (res cogitans, atau manusia) ditakdirkan untuk menguasai
benda yang tidak berpikir (binatang, tumbuhan, dan cadas).
Environmentalis
yang berpusat pada manusia atau antropomorfik, yang kadang-kadang disebut juga
"ekologi-dangkal", bertahan hingga akhir tahun 1940-an, ketiga
generasi baru enviromentalis melancarkan enviromentalisme yang berpusat pada
bumi, yang mereka beri istilah "ekologi-dalam".
Dari perspektif terhadap alam, sebagai
lawan dari perspektif terhadap manusia (untuk mempergunakan istilah yang
ditawarkan oleh Leopold) menurut Leopold, mengalir suatu etika lingkungan yang
secara cepat diistilahkan sebagai "biosentris" atau
"ekosentris".
Pemikiran Leopold adalah garda depan dari
revolusi konseptual yang menggantikan antropomorfisme dari "ekologi
dangkal" dengan biosentrisme dari "ekologi dalam". Ekofeminisme adalah varian yang relatif
baru dari etika ekologis. Sebenarnya istilah ekofeminisme muncul pertama kali
pada tahun 1974 dalam buku Francoise d'Eaubonne yang berjudul Le Feminisme La
Mort. dalam karya ini ia mengungkapkan pandangan bahwa ada hubungan langsung
antara operasi terhadap perempuan dan operasi terhadap alam. Ia mengklaim bahwa
pembebasan salah satu dari kedua tidak terjadi secara terpisah dari yang lain.
Meskipun ekofeminisme setuju bahwa
hubungan antara perempuan dengan alam adalah penyebab utama seksisme dan
natural naturisme, mereka tidak sepakat dalam hal apakah hubungan perempuan
dengan alam, pada dasarnya, bersifat biologis dan psikologis ataukah, pada
dasarnya, bersifat sosial dan kultural.
Simone
de Beauvoir. di antara feminis yang memikirkan hubungan perempuan dengan alam
adalah mereka yang tampaknya berada di luar kelompok ekofeminis. Simone de
Beauvoir mendorong perempuan untuk "mentransendensi" hubungan mereka
dengan alam untuk melampaui status mereka sebagai Liyan, atau jenis kelamin
kelas dua.
Susan
Griffin meyakini bahwa ia bukanlah bukan seorang "esensialis" yang
percaya dengan keterkaitan antara perempuan dan alam, tetapi tulisannya
mengimplementasikan keterkaitan yang mendalam bahkan untuk logis antara
perempuan dan alam. Sejarah khusus Griffin menggunakan puisi untuk menentang
pemikiran dualistik, rasionalitas instrumental, dan teknologi terbatas. iya
melawan suara kebudayaan laki-laki objektif, datar, dan tidak bertubuh dengan
suara kebudayaan perempuan yang subjektif, penuh gairah, dan bertubuh.
Griffin
berusaha untuk mengatasi dualisme dengan menyampaikan apa yang diistilahkan
David Maccauley sebagai suatu "antidot terhadap hierarki epistimologis
Plato." Dalam bukunya, Republic, belatung membawakan laki-laki barat
keluar dari apa yang dianggap sebagai ranah inferior, dunia penampilan, ke
dalam apa yang dianggap sebagai sarana intelektual superior dunia bentuk. Pada
ranah intelektual superior inilah gagasan seperti kecantikan kebenaran dan
kebaikan seharusnya berada meskipun demikian dalam bukunya Nomen and Nature,
Griffin beranggapan bahwa Plato membawa kita ke jalan yang salah dengan cara
bersikeras secara salah bahwa jiwa adalah superior terhadap tubuh, dan dengan
mendorong kita memandang laki-laki sebagai pikiran dan perempuan sebagai tubuh.
Dalam
beberapa karya terakhir, Griffin melihat kembali dikotomi alam-kebudayaan
menggambarkan pornografi sebagai balas dendam kebudayaan terhadap alam, dan
juga balas dendam laki-laki terhadap perempuan.
Bersekutu
dekat dengan apa yang disebut sebagai ekofeminis kultural, atau alam, adalah
variasi dari apa yang disebut sebagai ekofeminisme spiritual, dua yang paling
terkenal adalah Starhawk dan Charles Spretnak. meskipun ekofeminis spiritual
menarik kekuatan dari beragam spiritualitas basis bumi mereka, cenderung untuk
memfokuskan pada penyembahan terhadap dewi-dewi kuno dan ritual penduduk asli
Amerika yang berorientasi pada bumi.
Maria
Mies dan Vandana Shiva. Diantara ekofeminis sosial yang mungkin sudah
menjembatani jurang antara ekofeminis sosialis dengan ekofeminis transformatif
adalah Maria Mies, seorang sosiolog yang dikenal untuk karya dalam ekonomi
pembangunan dan vandana Shiva seorang ahli fisika yang dikenal karena keterkaitannya
pada spiritual suatu fakta yang telah menimbulkan ketegangan antara Mies dan
Shiva. Menurut Mies, seks adalah harapan terakhir laki-laki kulit putih untuk
dapat berhubungan dengan alam, karena tidak ada yang lain yang sensual secara
mendalam dalam kehidupan mereka (di sini Mies mengacu pada semua orang dalam
patriarki kapitalis).
di
antara studi kasus yang ditampilkan Viva untuk menunjukkan mengapa pohon
misalnya merupakan isu feminis, dan bukan semata-mata ekologi, adalah protes
pada tahun 1974 yang dilancarkan oleh dua puluh perempuan India Utara untuk
menghentikan penebangan pohon kecil Indigenous di tanah mereka.
Dalam
pemikiran Janet Biehl, ekofeminis adalah melakukan kesalahan ketika mereka meme
"membiologiskan perempuan dengan asumsi perempuan sebagai makhluk ekologis
yang unik" yang mampu berhubungan dengan memahami alam dengan cara yang
laki-laki sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, serta yang
peduli dan merawat dengan cara yang sekeras apapun dicoba laki-laki tidak akan
pernah dapat dilakukan laki-laki.
Komentar
Posting Komentar