Contoh Resensi Kesaksian Bumi Anoa
Buton
dan Gelombang Yang Belum Surut
Oleh Rahmat Adianto
Nama
Buku : Kesaksian Bumi Anoa
Judul
Puisi : Kesaksain di Negeri Butuni
Karya : La Ode Gusman Nasiru
Editor : Nia Samsihono Dkk.
Tahun
Terbit : Agustus 2018
Penerbit : Cerah Budaya Indonesia
ISBN : 978-602-5896-23-1
Puisi esai merupakan puisi yang
menyuguhkan estetika dalam berbentuk naratif. Sebelum puisi esai berkembang di
Indonesia, puisi esai telah lama berkiprah dalam kesusastraan Amerika, yang
dipelopori oleh John Barr. John Barr memperkenalkan puisi esai melalui sebuah
karangan yang berjudul American Poetry in New Century yang
dipublikasikan dalam Poetry, A Magazine of Versetahun sekitar
tahun 2006. John Barr mempertimbangkan suatu hal yang penting dalam kehidupan
kesusastraan. Pada dasarnya puisi disajikan untuk dinikmati oleh masyarakat.
Namun dari sudut padang John Barr bahwa puisi semakin jauh dari pemahaman
publik, karena pada kenyataan para penulis lebih mempertimbangkan nilai estetis
yang membuat kata-kata puisi itu justru sulit dipahami.
Sudut pandang John Barr, berhasil
menarik simpatik seorang ilmuwan sosial dan kolumnis juga diakrabi sebagai
konsultan politik di Indonesia, Denny J.A. melihat kesusastraan Indonesia yang
juga sama dengan fenomena yang dirasakan oleh John Barr. Betapa tidak sedikit
puisi dalam kesusastraaan Indonesia menggunakan bahasa yang berorientasi pada
nilai estetis, kurang mempertimbangkan tingkat kepekaan masyarakat.Hasilnya,
tidak banyak pula masyarakat yang memahamisepenuhnya ungkapan puisi. Sapardi Djoko
Damono dan Sutardji Calzoum Bachri mengapresiasi dan menyatakan sikap untuk
mendukung sudut pandang dan tindakan yang digagas oleh Denny J.A. Selain itu
usaha Denny J.A. juga mendapat dukungan dari budayawan senior, Ignas Kleden.
Apresiasi tersebut tersuratkan dalam epilog sebuah buku karangan Denny J.A.
Secara tidak langsung puisi esai yang
dirilis oleh Denny J.A. ini memberi warna pada kesusastraan Indonesia,
Khususnya di Sulawesi Tenggara. Puisi esai melahirkan sebuah fenomena yang kini
masih memusatkan perhatian para pelaku sastra Sulawesi Tenggara. Fonomena puisi
esai memberikan perhatian yang berupa pro dan kontra pada kalangan sastrawan.
Namun pada dasarnya puisi esai tidak memiliki banyak perbedaan dengan puisi
pada umumnya, hanya saja ada beberapa ciri yang spesifik sehingga membuat puisi
esai berbeda dengan puisi lain. Beberapa di antaranya; puisi esai disajikan
dalam bentuk naratif, penggunaan catatan kaki, memiliki babak, perbaduan antara
riset dan imajinasi.
Puisi esai menambah khazanah kesusatraan
Indonesia, khususnya pada kesusastraan Sulawesi Tenggara. Puisi esai seharusnya
dapat diterima dengan baik, pada umumnya puisi esai memiliki bentuk yang tidak
melenceng dari kaidah kesusastraan. Justru kehadiran puisi esai semata-mata
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap peristiwa-peristiwa yang
seharusnya diketahui. Hanya karena persoaalan seorang Denny J.A. yang secara
realita tidakdikenal sebagai pelaku sastra yang ingin menambah jenis puisi baru
dalam kesusustaan Indonesia, maka puisi esai menimbulkan kontra padakalangan
sastrawan.
Kehadiran
puisi esai di Sulawesi Tanggara disambut hangat oleh beberapa pelaku sastra di
antaranya, Deasy Tirayoh, La Ode Gusman Nasiru, Mas Jaya, Uniawati, dan Wa Ode
Nur Iman dengan mepersembahkan karya-karya mereka untuk dijadikan sebuah buku
sebagai perwakilan dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Kesaksian di Bumi Anoa buku yang memuat lima karya yang terdiri
dari subjudul Titian Patah Bumi Anoa
karya Deasy Tirayoh, Kesaksian di Negeri
Butuni karya La Ode Gusman Nasiru, Puncak Rindu Sabampolulu karya Mas Jaya, Manusia Sama di Laut Buton karya Uniawati, Jejak Sunyi di Masjid Muna karya Wa Ode Nur Iman. Puisi-puisi yang
disajikan dalam buku Kesaksian di Bumi
Anoa memberikan khazanah pengetahuan tentang fonomena sosial, isu
kebudayaan, kondisi sosial, dan berbagai pesan yang seharusnya diketahui oleh
masyarakat Sulawesi Tenggara.
Misalnya La Ode Gusman Nasiru dalam Kesaksian di Negeri Butuni,
menggambarkan berbagai fenomena dari representasi yang rasional
melalui fakta sejarah, mitos, ataupun legenda. Namun pada dasarnya puisi ini bercerita tentang isu kebudayaan yang
terjadi sejak masa kerajaan secara turun-temurun pada masyarakat Buton. La Ode
Gusman Nasiru menyampaikan sejarah naga hijau sebagai simbol peradaban
masyarakat Buton, Sejarah perjuangan seorang Laksamana Tionghoa, Dungku Changia
yang mulai mendirikan benteng Keraton Wolio hingga dirampungkan oleh Sultan
Gafurul Wadudu. Tentang pergolakan
batin karena perbedaan kasta menjadi pisau pemotong asmara antaraWa Ode
Widarni, seorang bangsawan dan Hamid,
seorang rakyat jelata. Serta sejarah tentang penyelamatan Aruk Palakka yang
berusaha disembunyikan oleh kesultanan Buton dari amukan kerjaan Goa.
Ada
kelebihan yang terdapat dalam puisi esai secara umum di antaranya, sebagai
puisi beralur yang tersurat secara naratif membuat pembaca lebih mudah memahami
maksud yang tersirat dalam suatu puisi. Penggambaran fenomena dan peristiwa
yang merupakan representasi peradaban masyarakat Buton yang berupa fakta
sosial, mitos, serta legenda. Dalam puisi La Ode Gusman Nasiru tersampaikan
dengan baik tanpa mengalihkan interpertasi
dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
Selain
kelebihan, puisi esai merupakan hasil karya manusia yang juga jauh dari kesempurnaan,tentu
terdapat kekurangan. Adapun kekurangan puisi esai di antaranya, penggunaan
catatan kaki yang dapat mengundang kejenuhan para pembaca. Katakanlah jika
dalam satu halaman terdapat beberapa kata yang harus dijelaskan dengan catatan
kaki, maka bisa jadi catatan kaki akan memungkinkan melampaui paragrafisi
puisi.Kemudian, karena puisi esai merupakan puisi naratif dan beralur, secara
otomatis satu puisi akan memerlukan beberapa
halaman. Dengan demikian, maka muatan karya-karya hanya akan berkisar
lima sampai sepuluh puisi dalam satu buku.
Seperti yang telah saya paparkan pada
pembahasan di atas, maka sepatutnya puisi esai dapat diterima dengan baik pada
kalangan masyarakat maupun kalangan sastrawan. Untuk meneruskan publikasi puisi
esai perlu diadakan sosialisasi yang fokus mengulas segala aspek puisi esai
secara universal dan secara objektif. Dari segi isi dapat dipertahankan karena
masyarakat harus memahami puisi secara eksplisit. Dengan demikian, masyarakat
dapat menginterpretasikan isi puisi secara tepat sesuai dengan maksud yang
ingin disampaikan oleh penulis. Kemudian sejauh ini puisi esai mengulas sejarah
yang harusnya diketahui masyarakat luas, terutama pada kalangan mahasiswa
sehingga menjadi dasar pengetahuan mengenai keadaan Negara maupun daerah
masing-masing.
Komentar
Posting Komentar