Analisis Naskah Drama Anu karya Putu Wijaya
Analisis
Naskah Drama Anu karya Putu Wijaya
Oleh:
Rahmat Adianto (N1D116034)
Judul Naskah :
|
Anu
|
Pengarang :
|
Putu Wijaya
|
Tahun Terbit :
|
1973
|
Penerbit :
|
Balai
Pustaka
|
Jumlah
Babak :
|
Tiga
|
Jumlah Adegan
|
Babak
I : Tujuh Adegan
Babak
II : Enam Adegan
Babak
III : Tiga Adegan
|
Duarasi Pentas
|
Lebih
dari 30 menit
|
Jumlah Tokoh :
|
Delapan
Orang (dua orang perempuan, empat orang laki-laki, selebihnya disesuaikan.
|
Suasana Panggung :
|
Babak
I
Adegan
I
Latar tempat yang digunakan dalam
pementasan ini adalah di pinggir jalan, di sebuah trotoar. Latar waktu yang
digunakan, malam hari karena susana panggung akan menarik dihiasi lighting.
Dalam naskah menggunakan satu lighting sebagai lampu meruri tepat berada di
sekitar panggung. Dua tambahan lighting masing-masing ditempatkan pada dua
pojok atas panggung bagian depan yang menyerot tokoh-tokoh di panggung agar
mimik dan gestur para tokoh terlihat jelas. Latar suara yang digunakan dapat
berupa suara kendaraan dan bunyi-bunyi klakson,
Di atas panggung tampak tiga tokoh,
yaitu Azar, Moortri dan Sabar. Azwar dan Moortri berdialog sementara Sabar
sibuk mengurus barang isi karung hasilnya memulung. Entin masuk satu kali
menaggil Azwar.
Adegan
II
Saat Entin masuk dalam panggung mencari
Azwar, Moortri dan Azwar melebur ke dalam kerumunan orang banyak. Di atas
panggung hanya tampak Sabar yang sibuk menggurus isi karungnya, sementara
Entin mondar-mandir sambil menanggil-manggil Azwar lalu keluar dari panggung.
Adegan
III
Moortri dan Azwar memisahkan diri dari
kerumuanan orang banyak lalu masuk kembali ke dalam panggung melanjutkan
percakapan, Sabar masih dengan aktivitas yang sama, menggurusi isi karungnya.
Adegan
IV
Sabar berdiri meninggalkan memasukan
semua barang hasil memulung ke dalam karung lalu berdiri dan ikut berdialog
menghasut Moortri dan Azwar. lalu Azwar keluar meninggalkan Moortri dan Sabar
berbincang-bincang.
Adegan
V
Azwar masuk kembali dalam panggung
dengang keadaan yang lebih siap, dalam adegan ini Azwar terus memaksa Moortri
untuk ikut dengannya, Sabar terus menerus melihat jam dan menyebutkan waktu
yang acap kali dilihatnya kepada Azwar dan Moortri. hingga Azwar dan Sabar
mengejar dan menyeret Moortri ke tengah panggung yang setelah mencoba
melarikan diri dan memaksa untuk tetap bersama mereka.
Adegan
VI
Mucul banyak orang masuk dalam
panggung dan memperhatikan Moortri, Sabar, dan Azwar. Saat mereka bertiga
diam tanpa dialog, orang banyak itu keluar dari panggung sambil bercakap.
Setelah orang banyak keluar Moortri, Azwar, dan Sabar kembali berdialog.
Tiba-tiba terdengar suara Entin, Azwar lari keluar dari panggung, Sabar
menyusul diikuti oleh Moortri.
Adegan
VII
Entin berteriak keras memanggil Azwar
hingga orang banyak datang dan betanya-tanya pada Entin. Moortri masuk
menyeliap ke dalam kerumunan orang banyak. Ia merasa kehilangan sesuatu dan
mencari sesuatu yang hilang. Entin keluar sejenak, disusul orang banyak.
Moortri tinggal sendiri di atas panggung sibuk mencari sesuatu yang ia rasa
hilang. Entin masuk kembali dengan terengah-engah. Di tengah dialog mereka,
tiba-tiba terdengar suara ramai, Seseorang memanggil-manggil Entin dan
berusaha menghasut Entin. Sementara Moortri lanjut dengan kesibukannya
menyari sesuatu yang ia rasa hilang.
Babak
II
Adegan
I
Latar tempat yang digunakan adalah di
sebuah kamar, suasana malam hari dihiasi lighting. Dalam naskah menggunakan
satu lighting sebagai lampu lampu kamar berada di sekitar panggung. Dua
tambahan lighting masing-masing ditempatkan pada dua pojok atas panggung
bagian depan yang menyerot tokoh-tokoh di panggung agar mimik dan gestur para
tokoh terlihat jelas.
Di sebuah kamar, orang banyak
meperhatikan fenomena yang terjadi, sebagian tak acuh. Titik istri Azwar
sedang memangku Roni yang menderita sakit kuning. Entin mencari kutu di
kepala Moortri yang sedang tidur dan menutup mukanya dengan korang. Lalu
dilanjutkan dengan perbincangan Titik dan Entin, ditengah perbicangan mereka
Moortri tiba-tiba bangun dan ikut berdialog.
Adengan
II
Orang banyak mondar-mandir, Entin
melihat jam dan setelah mengatakan hamper setengah dua belas, orang banyak
terkejut lalu bubar keluar dari panggung.
Adegan
III
Titik berhenti menangis, Entin meminta
bertikar tempat dan aktivitas dengan Moortri. Moortri kembali mencari kutu di
kepala Entin, percakpan berlangsung antara Moortri dan Entin, sesekali Titik
ikut berbicara. Di tengah percakapan mereka, terdengar siarang bising dari
luar, orang banyak membuat musik dari kaleng, suara tong dan peti yang
dipukul-pukul. Dialog tetap terus berlangsung di tengah diaolog tiba-tiba
terdengar suara Seseorang yang mengacaukan percakapan mereka bertiga.
Adegan
IV
Sabar masuk dengan keadaan dramatis
dengan penuh kegagalan. Dilanjutkan dengan dialog panjang. Lagi-lagi
terdengar suara Seseorang dan ikut berbicara.
Adegan
V
Terdengar suara pertengkaran di depan
pintu, Sabar memaki-maki Azwar. Entin mengatur poisisi Titik yang ketiduran
sambil menggendong Roni. Dilanjutkan dengan dialog Sabar dan Moortri. Moortri
pemperhatikan Titik dan Roni yang tertidur di atas kursi. Lalu membuka baju
dan celananya, hingga ia hanya mengenakan celana dalam sambil mencari sesuatu
yang ia rasa hilang.
Adegan
VI
Orang banyak masuk ke kamar, mengurus
Titik dan Roni yang tengah tidur, sebagian membenahi kerusakan kamar tanpa
menghiraukan mootrti yang hampir telanjang bulat. Dilanjutkan dengan
percakapan orang sedang dalam kamar itu. Tiba-tiba Moortri terkejut oleh
suaara orang banyak dari luar, ia tergopoh-gopoh meraih baju dan celananya
lalu keluar dari panggung.
Bab
III
Adegan
I
Latar tempat yang digunakan dalam
pementasan ini adalah di pinggir jalan, di sebuah trotoar. Latar waktu yang
digunakan, malam hari karena susana panggung akan menarik dihiasi lighting.
Dalam naskah menggunakan satu lighting sebagai lampu meruri tepat berada di
sekitar panggung. Dua tambahan lighting masing-masing ditempatkan pada dua
pojok atas panggung bagian depan yang menyerot tokoh-tokoh di panggung agar
mimik dan gestur para tokoh terlihat jelas. Latar suara yang digunakan dapat
berupa suara kendaraan dan bunyi-bunyi klakson,
Sejumlah orang ada dalam pertengkaran,
persahabatan, rahasia pribadi dan pembunuhan. Mereka ada di mana‑mana, muncul
di mana‑mana dan akhirnya mengambil peranan di mana‑mana. Azwar dan Sabar
yang sedang bertengkar berusaha menyembunyikan persoalannya. Di
atas panggung Azwar dan Sabar saling bertanya dan menjawab hingga terjadi
perang mulut, di tengah aktivitas mereka Moortri ikut berdialog. Tiba-tiba
terdengar suara Entin memanggil-manggil Azwar.
Adegan
II
Moortri sibuk lagi-lagi mencari sesuatu
yang hilang dalam dirinya. Entin muncul menunggu Moortri selesai mencari. Dan
saat itu Entin melihat Azwar, Moortri menyangkal bahwa yang dilihat Entin
bukan Azwar tetapi orang lain.
Adegan III
Kedengaran batu itu jatuh menimpa. Suara Entin
putus. Suasana senyap untuk beberapa lama. Orang banyak cepat merubung
peristiwa yang terjadi. Terjadi dialog antara orang banyak tersebut. Di
tengah dialog orang banyak , terdengar suara Seseorang datang mencari Entin.
Terjadi adu mulut antara Seorang dengan orang banyak. Sementara Moortri hanya
diam menonton dan mendengar suara adu mulut, kemudian lanjut mencari sesuatu
yang hilang. Seseorang menyalahkan Moortri dan melemparnya dengan batu,
kaleng, dan sampah, namun Moortri mengabaikannya dan malah mencabik-cabik
bajunya hingga ia telanjang bulat.
|
Karakter Tokoh dan
Ciri-Ciri Tokoh
|
a.
Azwar, digambarkan memakai baju
kaos putih (motif disesuaikan), celana levis, tinggi badang sedang
(disesuaikan), (Ciri-ciri fisik disesuaikan) sebagai seorang dengan sifat
nasionalisme dan keras kepala yang suka menghasut dengan berbagai alasan
untuk memenuhi segala keinginannya.
b.
Moortri, digambarkan memakai baju
kaos hitam, celana levis, (Ciri-ciri fisik disesuaikan) sebagai teman azwar
dengan sifat labil, namun ia senantiasa menasehati dan mengigatkan azwar saat
ia dihasut. Sifat keras kepala dan egosime membuat Moortri menentang keras keinginan azwar.
c.
Sabar teman Azwar dan Moortri
yang digambarkan sebagai seorang pemulung menggunakan baju kaos putih kotor
tubuhnya kurus (tinggi badan disesuaikan) dengan sifat mudah terhasut dan
juga digambarkan sebagai seroang yang emosional.
d.
Entin, Memakai baju hitam dan
celana hitam selalu menggendong sebuah boneka, suka memegang boneka.
digambarkan sebagai sosok seorang yang memiliki sifat manja, penasaran tinggi
sahingga cendering penasaran dan ingin tahu privasi dan masalah pribadi setiap orang.
e.
Titik, memakao daster (warna
disesuaikan) digambarkan sebagai istri azwar yang tengah mengandung, yang
tidak diperhatikan dan diterlantarkan oleh Azwar,.
f.
Roni, memakai baju tidur lengan
pendek celana tidur kaki panjang digambarkan sebagai buah hati dari pernikahan
toloh Titik dan Azwar yang sedang mengidap penyakit kuning. Penyakit ini akan
hilang sesaat ketika diberi obat.
g.
Seseorang, digambarkan sebagai seorang
yang misterius yang yang peduli dan suka menghasut Entin.
h.
Salah Seorang, sekelompok orang
yang gampang terpengaruh oleh suasan ada beberapa juga yang berbaik hati.
|
Komentar
Posting Komentar