Resensi Di Bawah Bayang-Bayang Ode
Judul : Di Bawah Bayang-Bayang Ode
Penulis : Sumiman Udu
Penerbit : Seligi Press
Kota Terbit : Pekan Baru
Tahun Terbit : 2015
Cetakan : I
Tebal Buku : 240 hlm.
ISBN : 978-602-9568-02-8
Penulis : Sumiman Udu
Penerbit : Seligi Press
Kota Terbit : Pekan Baru
Tahun Terbit : 2015
Cetakan : I
Tebal Buku : 240 hlm.
ISBN : 978-602-9568-02-8
Di Bawah Bayang-Bayang
Ode sebuah novel yang menyajikan kisah nyata dan dipadukan dengan fiksi.
Sumiman Udu lihai maminkan imajinasi menggambarkan peristiwa sebagai
representasi kehidupan ada istiadat kehidupan masyarakat Buton. Seolah-olah
pembaca hidup berada tepat dalam peristiwa yang sebenarnya. Ikut merasakan
konflik yang dirasakan oleh Amelia dan Imam.
Amelia dan Imam menjadi
simbol cinta terlarang. Status sisoal menjadi jurang pemisah yang sulit
disebarang oleh kenduanya. bahkan Imam tidak memiliki kekuatan untuk membangun
jembatan untuk melewati jurang. Ode
gelar yang menghadirkan konflik dalam kehidupan rakyat jelata. Jangankan untuk
memiliki, bahkan Ode sekat yang
melarang Imam untuk mencintai Amelia. Ode
yang melekat dalam tubuh Amalia membuat darah Amalia menjadi biru.
Berdasarkan aturan adat, darah biru sulit disatuhkan dengan darah merah.
Pada dasarnya Amalia
dan Imam menjalin hubungan yang seruis, harapan yang besar mengelora dalam diri
mereka. Rangkaian impian Amalia digugurkan rasa ibahnya ketika mendapati orang
yang melahirkan dan membesarkannya bersimpuh dihadapanya, agar Amalia
mengurunkan niatnya untuk menemui Imam. Ironinya bukan hanya orang tua yang
mencekal pertemuan Amalia dan Imam, pihak keluarga calon suami Amalia merusak
seberkas rencana yang sekian waktu dirancang dengan komitmen kebersamaan. Semua
sia-sia, mereka menjadi buih yang terhempas gelombang dengan bantuan badai
menciptakan arah yang mustahil mempersatukan mereka.
Dengan segala
pertimbangan, Imam memilih menyerah melawan impiannya sendiri. Kerena ia
memilih menyuluhkan hasratnya. Sebagai buih yang terpisahkan tanpa arah oleh
gelomang dan badai, ia telah melewati golombang dan badai, ia pun perlahan
memegan kendali untuk menemukan dermaga yang akan ditancapkannya jangkar. Imam
meneruskan pendidikannya hingga ke Jenjang Doktor, mengabdi di Universitas Halu
Oleo. Ia tidak menyimpan secuil pun dendam dalam dirinya terhadap daerah yang
pertama kali membuka matanya, Wakatobi. Cita-cita gemilang kembali dibangunnya,
membebaskan keturunan generasi Wakatobi dari belenggu yang pernah merenggut
cintanya.
Semantara Amalia
mengakhiri napasnya dengan risalah dan hasrat yang kuat atas menyematan darah
birunya. Permintaan Amalia semata-mata demi kebaikan anaknya. Ia tidak ingin
anaknya mendapatkan jurang yang sama dengannya. Anastasia, nama yang tidak
sengaja datang dalam bunga tidur Amalia, kemudian nama itu menjelam menjadi
seorang anak yang ia namai pada helai napas terakhirnya.
Anastasia terkulai
lemah ketika dosen yang dikagumi dan disayanginya kalah dalam pergolakan waktu
melawan kanker yang dengan pakasa melepaskan napas dari tubuh dosenya. Imam
menuju pemukiman terakhirnya tanpa sempat merasakan dekapan rumah tangga, ia
tidak akan lagi menemukan separuh imanya.
Komentar
Posting Komentar